Wisata Baduy, Belajar Kehidupan Dan Merasakan Adventure Tak Terlupakan


Bergaya walau dalam perjalanan yang semakin sulit/NovalyRushan


Selama dua hari, saya seperti terdampar di sebuah daerah antah berantah. Tidur dalam keadaan gelap gulita di atas lantai bambu tanpa alas apapun. Sementara suara binatang malam dari hutan disekitar kampung Cibeo terdengar jelas.

Suara air sungai yang mengalir deras juga membawa suasana berbeda. Bau khas yang tercium . Asap mengepul dari tungku kayu bakar. Cahaya satu satunya yang ada berasal dari lampu minyak sayur yang digantung di pojok rumah

Saya tidak sendiri tapi bersama 18 teman lainnya yang semuanya baru saya kenal. Bermula dari grup WA . Sebagian besar teman dari komunitas CL Mania. Awalnya, saya agak ragu juga namun begitu berkenalan dan ternyata, orangnya asik asik. Malah jauh lebih seru ketimbang teman blogger yang biasa saya temui.
Berfoto setiba di stasiun Rangkasbitung/NovalyRushan


Datang dari berbagai latar belakang berbeda tak membuat kami jadi sulit berteman. Malah karena berbeda umur, berbeda profesi dan berbeda gaya maka kami malah menyatu menjadi satu komunitas penjelajah.

Kami menggunakan SabilAdventure sebagai event trip organized. Dua punggawanya, Sabila albar dan Purwanto menemani kami sebagai team leader. Semua kebutuhan trip, mulai transportasi dan akomodasi hingga pemandu wisata sudah tersedia. Pokoknya tinggal terima beres.

Berikut 18 teman yang ikut :

· Mba Mastuti bekerja sebagai agen asuransi bersama anaknya Tiara yang masih duduk dibangku kelas 9.

· Kakak Setiawan , bekerja di STC menjual mobil hot wheels

· Mba Arie, seorang analis kesehatan

· Mba Nenny Rianarizkiwati masih duduk di bangku Kuliah katanya sih biar imut.

· Om Mufti, beliau PNS di BPS . Datang full team dengan istri (mba Nenny) dan dua anaknya( Dhevirani siswi SMP dan Deanarani siswi MTs).

· Shinta Darmayanti seorang analis kesehatan

· Diana Shanty , seorang agen asuransi .

· Mba Nurul, aktivis dan karyawan swasta yang suka ngebolang.

· Mba Ovid, seorang wirausaha bekas peneliti UI , penggemar jalan jalan

· Mba Helma, tukang jalan sejati.

· Mba Daly Herni , seorang PNS yang tidak bisa diam untuk ikut adventure

· Urilawaty Lihiang si tukang jalan

· Om Hadi biasa di panggil Aloc

· Om Deddy Herlambang
Mba Mastuti Berfoto dengan Aming, Baduy berusia 3 tahun/NovalyRushan


Dimulai Dari Stasiun Besar Tanah Abang

Untuk menuju wisata Baduy sebenarnya bisa dilakukan dengan dua cara. Menggunakan bus atau menggunakan jasa kereta api. Bila menggunakan bus, pilih bus jurusan ke Rangkasbitung. Bisa memilh jalur Kalideres-Rangkasbitung, Tanjung Priuk- Rangkasbitung atau Cikarang-Rangkasbitung.

Atau transit di Balaraja . dari Balaraja, banyak bus yang akan mengarah ke Rangkasbitung. Biayanya juga tak terlalu mahal. Bus umum yang saya sebutkan adalah bus reguler yang melayani trek resmi.

Nah, bila ingin lebih efektif dan lebih murah pilih menggunakan jasa kereta api dari stasiun besar Tanah Abang. Ada dua kereta yang melayani. KA Rangkas Jaya dan KA Kalimaya, tapi ingat jam layanan KA ini terbatas dan hanya pada waktu tertentu saja.

Tapi ada juga kereta ekonomi yang berangkat dari stasiun Angke menuju Rangkasbitung. Sayangnya, kereta ini tidak berhenti di stasiun Tanah Abang. Jadi bila ingin naik kereta ekonomi ini harus menunggu di stasiun Palmerah atau stasiun Kebayoran. Oh,ya jangan lupa di cek dulu jadwal layanan keretanya, karena jadwalnya terbatas .

Perjalanan kereta dari stasiun Tanah Abang ke stasiun Rangkasbitung memakan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam. Tergantung jenis KA yang kita naiki. Tarif KA Rangkas Jaya hanya Rp 5.000 sedangkan kereta KA Kalimaya Rp 15.000. Semua kereta sudah menggunakan pendingin udara dan cukup nyaman. Bahkan tersedia toilet juga.

Sesampainya di stasiun Rangkasbitung , perjalanan dilanjutkan menggunakan kendaraan umum sejenis minibus sedang dan angkot. Perjalanan ke arah Baduy memiliki dua rute berbeda Ciboleger dan Cijahe. Biasanya orang akan memilh jalur Ciboleger karena lebih menantang dan bisa melihat kehidupan Baduy Luar sebelum masuk ke wilayah Baduy Dalam.

Perjalanan dari stasiun Rangkasbitung ke Ciboleger akan memakan waktu sekitar 2 hingga 2,5 jam. Wilayah Baduy berada di kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. Desa yang terkenal bernama Kanekes. Selain nama Baduy, sebutan urang kanekes juga populer untuk menyebut orang orang Baduy.

Saat ini diperkirakan ada sekitar 8.000 orang Baduy yang tinggal di 60 kampung Baduy Luar dan tiga kampung Baduy Dalam. Luas seluruh wilayah Baduy mencapai 51.000 hektar. Berada di kawasan hutan lindung di kaki gunung Kendeng. Di hulu sungai Ciujung yang mengalir deras dan jernih. Ada ratusan titik sumber mata air yang bisa digunakan. Masyarakat Baduy termasuk suku yang sangat menghargai kelestarian alam. Mereka tak diperbolehkan menggunakan sabun, deterjen, pasta gigi dan semua bahan kimia pembersih.


Ciboleger , Start to Trip for 5 hours

Saya dan 18 teman tiba di Ciboleger tepat jam 12 siang. Sejenak beristirahat, makan siang dan melakukan sholat dzuhur untuk teman teman muslim. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju kampung Cibeo kami sempatkan berfoto bersama di depan tugu Ciboleger.

Di Ciboleger kami bertemu dengan Sanip dan Sapri, dua orang Baduy Dalam yang akan menjadi ranger , penunjuk jalan. Selain Sanip dan Sapri ada beberapa teman Baduy yang ikut serta menjadi porter. Usia teman Baduy ini beragam. Ada yang masih berusia 15 tahun bahkan ada salah satu teman Baduy yang membawa serta anaknya yang masih berumur 3 tahun.

Tak kurang ada sekitar 12 teman Baduy Dalam yang ikut dalam rombongan kami. Dititik Ciboleger kami memulai perjalanan. Jam saya menunjukkan angkan 13:15 ketika kami memulai perjalanan menuju Kampung Cibeo .

Awalnya perjalanan masih berbatu batu dengan susunan yang cukup rapi. Awalnya saya menduga jalan yang akan dilalui sudah dibuatkan trek khusus sehingga akan memudahkan wisatawan yang datang. Nyatanya, jauh dari yang saya bayangkan.

Perjalanan melalui jalan tanah, lalu mulai berlumpur dengan kontur yang menanjak lalu menurun. Ada tanjakan yang tak terlalu sulit namun ada pula tanjakan yang semakin curam dengan tingkat kemiringan 45⁰ . Selain jalan menanjak, terdapat pula jalan menurun yang cukup sulit karena licin.

Diperlukan konsentrasi penuh karena jalan yang dilalui terdapat jurang menganga yang bisa membahayakan. Disarankan wisatawan membawa tongkat kayu sebagai alat bantu. Rombongan kami juga harus merasakan perjalanan yang sulit, melelahkan dan cukup berbahaya. Namun, karena kami selalu bersama dan terus disajikan pemandangan yang indah alami. Maka, rasa lelah tak begitu terasa.

Saling berbagi cerita dan berbagi makanan menjadi drama indah selama perjalanan. Saya yang sambil bertugas meliput perjalanan hampir saja lupa karena keasyikan dengan alam Baduy yang Indah. Sepanjang perjalanan kami menemukan banyak pohon durian yang tumbuh. Sayang, belum banyak buah durian yang matang sehingga kami tak sempat menjajal duran Baduy yang katanya terkenal enak.

Setelah dua jam perjalanan , sampailah kami ke gerbang untuk wilayah Baduy Dalam. Tak ada tanda kecuali sebuah tanjakan menikung yang menandakan saya dan rombongan sudah memasuki wilayah Baduy Dalam. Disini, seluruh alat komunikasi diminta untuk dimatikan. Jangan, berharap bisa menggunakan HP, lha sinyalnya aja hilang entah kemana.

Perjalanan di Baduy Dalam lebih seru karena medannya semakin ekstrem saja. Perjalanan masih tiga jam hingga sampai ke kampung Cibeo. Setelah melewati jalan menurun cukup tajam maka sampailah kami ke Kampung Cibeo.

Sebuah jembatan bambu menjadi gerbang desa tanda saya dan rombongan sampai di salah satu kampung Baduy Dalam.

Hari sudah gelap ketika saya dan rombongan tiba. Saya agak kesulitan untuk menggambarkan suasana kampung Baduy Dalam malam itu. Karena tak ada cahaya, beruntung saya membawa senter yang bisa menerangi jalan . Yang saya dengar hanya suara banyak orang. Rupanya malam itu banyak tamu yang datang. Rata rata anak muda bersama kelompoknya.

Team leader, Sabila albar sudah menyiapkan dua rumah sebagai homestay. Satu rumah Sapri dan satu rumah Sanip. Di dua rumah inilah kami akan bermalam melepas penat selama perjalanan. Saya kebagian di rumah Sanip. Bentuk rumah orang Baduy rata rata sama. Baik ukuran dan jumlah ruang yang tersedia . Tak ditemukan sekat pada rumah Baduy.

Setiap keluarga memiliki dua rumah. Satu didalam perkampungan dan satu lagi di sekitar ladang. Ukuran dan bentuknya hampir sama. Ketika kami bermalam, hampir segala hal tentang kehidupan Baduy kami tanyakan. Pokoknya malam itu , dari perkara sepele hingga perkara sensitif semua kami tanyakan langsung kepada penghuni rumah.

Melihat rumah yang tanpa sekat, terbuka. Sedangkan didalam rumah, ada dua hingga tiga keluarga yang tinggal didalam rumah. Nah, timbul pertanyaan iseng , lalu bagaimana pasangan suami istri Baduy melakukan hubungan badan. Melihat rumah yang tanpa sekat.

Rupanya pertanyaan ini dijawab oleh sanip, biasanya orang baduy akan menginap beberapa hari di rumah ladang . Nah, saat itulah biasanya waktu ‘eksekusi’ yang paling tepat tanpa gangguan.
Perjalanan di antara perkampungan Baduy Luar /NovalyRushan

Kami semua tentu mahfhum, ya namanya juga kebutuhan dasar, ya harus dipenuhi. Tentang cara dan waktunya, rasanya orang Baduy tahu celah yang pas.

Malam itu juga tersedia jasa pijat yang biasanya dilakukan kaum ibu ibu Baduy. Perjalanan yang panjang dan melelahkan tentu saja membuat tungkai kaki perlu mendapatkan pijatan pemulihan. Tak ada tarif untuk jasa layanan pijat. Terserah dan se-ikhlasnya saja .

Bermalam di kampung Baduy Dalam tidak seseram yang saya bayangkan, karena didalam kampung sudah ada penjual makanan dan minuman kemasan. Penjualnya tentu bukan orang Baduy Dalam tetapi orang non Baduy yang sengaja memanfaatkan peluang bisnis. Orang Baduy Dalam hanya berjualan berbagai pernik kerajinan tangan, gula nira, madu hutan dan beberapa hasil tenunan tradisional. Soal harga tidaklah terlalu mahal.

Sebagai contoh, kain hasil tenunan Baduy dijual sekitar Rp 300 ribu karena proses pembuatannya memakan waktu berminggu minggu bahkan bisa berbulan bulan. Jadi , wajarlah bila selarik kain Baduy berharga ratusan ribu rupiah.
Rumah Baduy Luar yang menjual pernak pernik barang kerajinan Baduy/NovalyRushan


Trek Pulang Yang Lebih Menantang

Pagi hari saya sarapan pagi dengan nasi liwet khas Baduy ditemani sayur dan telur dadar. Santap pagi hari itu sangat istimewa . Walau dengan makanan sederhana namun terasa berbeda. Ada suasana yang membuat pagi itu makanan terasa nikmat.

Malam sebelumnya, saya dan rombongan juga disuguhi nasi liwet dengan ayam goreng dengan sayur cem cem. Semua makanan yang diolah tak menggunakan tambahan pengawet, pemanis apalagi penambah rasa seperti vetsin.

Sarapan pagi di kampung Cibeo merupakan jamuan perpisahan. Karena setelah sarapan pagi kami akan bersiap siap untuk kembali pulang. Untuk jalur pulang trek yang di pilih berbeda jalur.

Trek pulang diawali dengan tanjakan curam yang terus menerus. Lalu menurun dengan jalan tanah merah yang licin. Maka tak ayal saya harus jatuh bangun. Beruntung, mas Purwanto mau memberikan bantuan sehingga saya bisa melewati trek yang ‘menyeramkan’ karena disisi jalan menganga jurang yang berbahaya.

Satu spot menarik yang ingin dicapai adalah jembatan akar yang secara alami membentang diatas sungai yang cukup deras. Sayang, saya mengambil jalur berbeda karena kaki saya tak sanggup lagi. Jalur yang saya pilih memang lebih dekat sehingga saya lebih dahulu sampai ke titik terakhir wilayah Baduy.

Dari titik ini, saya disarankan menggunakan jasa ojek sepeda motor. Jalurnya menanjak curam. Adrenalin juga terlecut, karena sepeda motor meraung raung menanjak jalanan berbatu yang membuat nyali saya sedikit ciut. Sepeda motor kadang seperti ingin terpeleset dan kepayahan mendaki tanjakan.

Tujuannya sebuah tempat mobil jemputan kami menunggu. Uniknya, rumah disekitar tempat mobil menunggu boleh dipakai untuk mandi . Saya sempatkan mandi terlebih dahulu sebelum pulang. Rasanya segar dan badan menjadi fresh. Selama berada di Kapung Baduy saya memang tak sempat mandi. Karena pantangan menggunakan sabun, pasta gigi dan shampo membuat saya malas untuk mandi.

Akhir perjalanan ini membuat saya sedih, walau berhasil dengan selamat menyelesaikan seluruh trip. Saya akan berpisah dengan semua teman teman Baduy. Dan sebentar lagi akan berpisah pula dengan semua teman yang baru saja akrab dan mengenal satu sama lainnya.

Perjalanan terakhir , adalah kembali pulang menggunakan jasa kereta api dari stasiun Maja, karena jadwal kereta di stasiun Rangkasbitung sudah tak lagi tersedia.

Baduy, merupakan masyarakat tradisional yang punya kearifan lokal yang luar biasa. Mampu menjaga tradisi leluhur dan mampu pula menikmati perubahan zaman selagi tak melanggar aturan tradisi. Saya secara pribadi banyak belajar bagaimana orang Baduy mampu beradaptasi dari segala keterbatasan yang mereka miliki. Walau saya juga tak tega juga bila melihat anak anak muda Baduy yang tidak bisa mengecap pendidikan formal. Bagaimana mereka mampu menghadapi dunia yang terus berubah ? Teknologi dan modernisasi yang terus merambah , akankan orang Baduy mampu bertahan ? Saya tak bisa menjawab....

Wisata Baduy, Belajar Kehidupan Dan Merasakan Adventure Tak Terlupakan Wisata Baduy, Belajar Kehidupan Dan Merasakan Adventure Tak Terlupakan Reviewed by Unknown on 17.23 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.